Karate
Sejarah Karate
Sejarah
karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya
sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.Menurut
sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah
berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa
mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau
tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa
mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran
budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang
bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada
orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata
seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya
orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke
Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin di
Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar.
Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa
masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga
menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut
atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu
mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara
sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk
menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri
khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate
dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya
Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga
mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah
itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk
ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di
luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak
Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi
belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada
tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke
Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat
dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921,
putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa
dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini
sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana.
Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi
banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti
"Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu
klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli
karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan
diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam
kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak
pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah
dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama
"Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah
gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat
muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan
karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama
Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai
makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate
Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga
dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin
Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari
atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah
memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu
untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai
penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate
Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur
kepalanya.
Shotokan adalah karate yang
mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai,
Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan
ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Gichin Funakoshi percaya bahwa
akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata.
Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri.
Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni
daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada
tanggal 26 April 1957.
Karate d indonesia
Di
tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia
yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Baud A.D. Adikusumo. Ia
adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama,
JKA. Ia mulai mengajarkan karate. Pada Tahun 1967 beliau berkumpul
dengan dua mahasiswa Indonesia yang juga telah menyelesaikan kuliah dari
Jepang yakni Sabeth Mukhsin dan Anton Lesiangi. Pada tahun 1970, Sabeth
Mukhsin beserta dengan Baud A.D. Adikusumo dan Anton Lesiangi
Mendirikan PORKI (Persatuan Olah Raga Karate Indonesia) yang kemudian
berganti nama menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karate Indonesia).
Pada
waktu itu Sabeth Mukhsin telah mendapatkan tingkatan DAN 3 dari JKA
(Japan Karate Association) yang merupakan DAN tertinggi di Indonesia
pada waktu itu, Anton Lesiangi (DAN 1 JKA) dan Baud A.D. Adikusumo (DAN 1
JKA)
Sabeth Mukhsin, Anton
Lesiangi beserta Baud A.D.Adikusumo akhirnya mendirikan Lembaga
Pendidikan Karate yg disebut INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)pada
tahun 1971 yang dikenal sebagai Perguruan (Lembaga Pendidikan) pertama
di Indonesia.
Beberapa tahun
kemudian Baud A.D. Adikusumo mendirikan Institut Karate Do (INKADO) dan
Anton Lesiangi mendirikan Perguruan Lemkari (Lembaga Karate-Do
Indonesia), yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota
Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS
(Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan
MKC (Medan Karate club).
Dari
situlah berkembang apa yg disebut Aliran Karate lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh C.A.
Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan
oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Setyo Haryono dan beberapa
tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu. Nardi T. Nirwanto dengan
beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin.
Aliran Shito-ryu juga
tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya
Dr. Markus Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bert Lengkong). Selain
aliran-aliran yang bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa
aliran Karate di Indonesia yang dikembangkan oleh putra-putra bangsa
Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan
aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Pada
tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari
Jepang maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen),
setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate
Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka
Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori
oleh KONI.
Pada Tahun 1985
terjadi kericuhan di badan organisasi FORKI, dan muncullah induk
organisasi cabang olahraga Karate yang baru yang disebut PKSI (Persatuan
Karate Seluruh Indonesia) yang memakai sistem organisasi Cabang
Olahraga yang memiliki kurikulum baku tanpa menganut Aliran Karate.
Pada tahun 2000, PKSI pun berganti nama menjadi FKTI (Federasi Karate Tradisional Indonesia)
Sampai
saat ini di Indonesia ada 2 Induk Organisasi Cabang Olahraga Karate,
yakni FORKI (yang menganut Cabang Olahraga Karate Aliran) dan FKTI (yang
menganut Cabang Olahraga Karate tanpa Aliran).
Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri ini sedikit dipengaruhi oleh Seni bela diri Cina kenpō. Karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa dan mulai berkembang di Ryukyu Islands.
Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti
“Tangan China”. Ketika karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada
saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi
mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat
Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空
dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang
dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
- Kihon
- Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
- Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
1.Tingkatan / posisi dalam Karate
Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal atau melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan dibedakan oleh sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan mengikutkan sesi ujian sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:- Sabuk putih
- Sabuk kuning
- Sabuk Orange
- Sabuk hijau
- Sabuk biru
- Sabuk coklat
- Sabuk hitam
2.Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata (jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).Kihon
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
Kata
Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak mengandung falsafah-falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.
4. Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atas tiga jenis yaitu :- Kumite (perkelahian)
- Kata (jurus)
- Kihon (peragaan teknik)
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putra). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan.Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
- Shotokan : Kankudai dan Jion.
- Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
- Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
- Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Luas lapangan
- Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
- Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
5. Peralatan dalam pertandingan karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate- Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
- Pelindung tangan
- Pelindung tulang kering
- Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
- Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
- Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
- Pelindung tubuh untuk kontestan putri
- Pelindung selangkangan untuk kontestan putra
- Peluit untuk arbitrator/alat tulis
- Seragam wasit/juri
- Baju putih
- Celana abu-abu
- Dasi merah
- Sepatu karet hitam tanpa sol
- Papan nilai/n scoring board
- Administrasi pertandingan
- bendera merah & biru untuk juri
- Peluit untuk wasit
Falsafah Karate
- Rakka (Bunga yang berguguran)
- Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
6. Aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata terbukti dari banyaknya kata yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 kata, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. Di dalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah: